JANJANG SARIBU OBYEK WISATA ALAM DI BUKITTINGGI, SUMBAR |
Janjang Saribu merupakan
salah satu destinasi wisata yang ramai pengunjung. Terletak di Bukit Apit
Puhun, Guguk Panjang, Bukittinggi, Sumatra Barat, Janjang Saribu juga dikenal
dengan sebutan The Great Wall of Koto Gadang. Sebutan itu diberikan karena
memang tampilan Janjang Saribu mirip dengan tembok besar yang berada di Cina.
Yakni berupa barisan tembok nan panjang, yang berada di rangkaian pegunungan,
yaitu di wilayah Pegunungan Bukit Barisan.
Pada zaman kolonial, Janjang
Saribu dikenal dengan sebutan Janjang Bantuang karena masih terbuat dari tanah
dengan alat penopang batuang atau bambu. Oleh masyarakat tradisional yang
mendiami pemukiman di puncak Bukit Apit, Janjang Saribu digunakan sebagai akses
saat hendak mengambil air dan pasir di dasar ngarai. Kini, tembok beton panjang
di Bukittinggi itu telah apik tertata. Sejak diresmikan Pemerintah Kabupaten
Agam pada 27 Januari 2013, sejumlah renovasi dilakukan terhadap akses menuju
kawasan wisata Janjang Saribu.
Sebuah jembatan gantung
bernama Jembatan Merah pun telah melengkapi sisi tengah rute wisata itu. Di
puncak ngarai Janjang Saribu juga terdapat pondok untuk istirahat. Bangunan di
Taman Panorama yang berukuran tidak terlalu besar itu berlatarkan Gunung
Singgalang. Dalam bahasa Minang, ‘janjang’ memiliki
arti ‘tangga’, dan saribu berarti ‘seribu’. Meski begitu, sebenarnya anak
tangga di Janjang Saribu tidak mencapai 1.000, melainkan hanya ratusan. Pun
begitu, meniti ratusan anak tangga di kawasan wisata itu tentu tetap akan
menguras tenagamu. Belum lagi medan curam itu memiliki sudut kemiringan hingga
90 derajat.
Secara keseluruhan, panjang
rute wisata di Janjang Saribu mencapai sekira 780 meter. Dan untuk mencapai
ujung tembok, wisatawan lazimnya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit hingga
30 menit, dengan menyusuri ruas jalan selebar dua meter. Di sana, terdapat dua jalur
pendakian yang dapat dipilih wisatawan untuk menjelajahi destinasi tersebut.
Yaitu jalur dari Goa Jepang atau dari Ngarai Sianok. Kedua rute itu memiliki
kondisi alam yang berbeda. Melalui Jalur Goa Jepang,
wisatawan akan diajak menapaki kontur jalan yang relatif lebih banyak turunan
ketimbang tanjakan. Sehingga tentunya, wisatawan akan lebih mudah untuk
menyusuri jalur tersebut.
Tidak demikian halnya jika
wisatawan memilih untuk menyusuri medan di jalur wisata Ngarai Sianok. Kondisi
alam yang lebih menantang, serta-merta akan menyergap. Pasalnya, akses yang
dilalui cenderung lebih sempit dan mengandung banyak kelokan. Tapi tenang, semua upaya
meniti ratusan bilah anak tangga itu akan segera terbayarkan saat menyaksikan
panorama yang hijau nan rimbun, ditambah dengan hawa yang sejuknya.
Apalagi, untuk dapat
menikmati keindahan panorama di Janjang Saribu tidak perlu merogoh kocek
dalam-dalam, cukup dengan membayar ongkos jasa parkir kisaran 2.000 hingga
5.000 rupiah untuk kendaraan pribadi, tanpa biaya retribusi.
Kendati memang harus mempersiapkan
dengan sangat baik untuk dapat menyusuri kawasan wisata ini, daripada harus
jauh-jauh ke Cina untuk merasakan atmosfer berada di tembok besar nan panjang,
ada baiknya menikmati terlebih dulu keindahan alam di negara sendiri. Sebab
selain menghemat bujet, destinasi wisata yang ada di Tanah Air Indonesia
nyatanya sangat menarik kok. Yuk, keliling Indonesia!