GOA BANTEN GIRANG |
Pada awal abad XVI, yang
berkuasa di Banten adalah Prabu Pucuk Umun dengan pusat pemerintahan di Banten
Girang. Adapun Banten Ilir atau Banten Lama pada masa itu berfungsi sebagai
pelabuhan. Agama yang dianut Prabu Pucuk Umun dan rakyatnya ketika itu adalah
Hindu – Budha. Di tepi Sungai Cibanten, terdapat goa buatan yang dipahat pada
sebuah tebing jurang. Goa ini memiliki dua pintu masuk yang di dalamnya
terdapat tiga ruangan.
Pada pertengahan tahun
1990-an, ditemukan sebuah arca Dwarapala di Sungai Cibanten, tidak jauh dari
Situs Banten Girang. Sebagaimana dalam catatan sejarah disebutkan bahwa Sungai
Cibanten dahulu kala berfungsi sebagai jalur transportasi yang menghubungkan
wilayah pesisir dengan pedalaman.
Di dalam Babad Banten
dikisahkan tentang penaklukan seluruh wilayah Banten oleh bala tentara Islam,
yang diinterpretasikan sebagai perebutan kota Banten Girang. Dalam Babad Banten
juga disebutkan keterkaitan antara Banten Girang dengan Gunung Pulosari. Ketika
Sunan Gunung Jati dan Hasanuddin singgah di Banten dan Banten Girang, mereka
kemudian melanjutkan perjalanan hingga ke Gunung Pulosari yang menjadi tujuan
utama. Gunung Pulosari pada masa itu merupakan wilayah Brahmana Kandali, yang
dihuni oleh para pendeta. Ketika Hasanuddin meng-Islamkan para pendeta, mereka
disarankan untuk tetap menetap di Gunung Pulosari, sebab jika tempat itu sampai
kosong akan menjadi tanda berakhirnya Tanah Jawa. Dalam Babad Banten diceritakan
pula bahwa setelah kemenangan Hasanuddin, sejumlah penduduk Banten Girang yang
tidak mau memeluk Islam melarikan diri ke pegunungan selatan yang hingga saat
ini dihuni oleh keturunan mereka, yakni orang Baduy. Kenyataan ini didukung
kebiasaan orang Baduy yang selalu berziarah ke Banten Girang.
Goa Banten Girang terletak
di pinggir sunai Cibanten, Kampong Tirtalaya, Desa Saebulu, Kecematan Serang,
Kota Serang. Goa itu sudah ada sebelum masuknya islam ke Banten. Goa itu
biasanya digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan bagi lembaga pemasyarakatan
semasa Kerajaan Banten.
Saat ini banyak yang
beranggapan goa itu sebagai tempat bertapanya para raja Kerajaan Banten.
Apabila ada anggapan seperti itu tidak benar.
Goa itu merupakan situs
sejarah Banten dan sebagai bukti nyata lahirya pusat pemerintahan Banten,
karena Banten Girang menjadi pusat pemerintahan kota yang dibangun orang-orang
sunda.
Dari fakta itu, Banten
Girang diidentikan dengan sunda pasundan. Akan tetapi dari fakta sejarah bisa
diungkap jika identitas Banten yang ada hingga saata ini lahirnya masa
Kesultanan Banten yang terletak di Banten Girang sebagai tempat penyebaran agam
islam pertama.
Selain goa, juga terdapat
makam dari Mas Jong orang Banten yang pertama masuk islam, dan yang
menjembatani pengislaman di Kerajaan Banten awal.
Disini juga terdapat
beberapa temuan artefak dari hasil penelitian Arkeologi Situs Banten Girang
pada tahun 1991, diantaranya Gerabah, keramik (keramik Vietnam abad ke 17-18,
keramik Jepang abad 17-18, keramik Ching abad ke 17-18, dsb), logam serta
manik-manik.
Saat ini tidak sulit
bagi masyarakat yang hendak berkunjung ke Banten Girang. Sebab letaknya hanya
150 meter dari pinggir jalan raya, dan tidak jauh dari Hotel Le Dian Serang.
Dari jalan raya masuk kedalam, kita akan melewati jembatan gantung. Di Banten
Girang, terdapat sebuah goa peniggalan bersejarah yang sudah ada sejak ratusan
tahu yang lalu.